Jumat, 18 Mei 2018

Praktikum Pembuatan Sabun (Kimia Industri)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang
Praktikum ini di lakukan untuk pengenalan serta pengetahuan karakteristik dari zat-zat kimia yang telah di pelajari pada kimia dasar dan proses produksi, praktikum ini juga di lakukan supaya penyusun mengetahui cara pembuatan sabun dan zat – zat apa saja yang digunakan. praktikum ini juga dilakukan sebagai mata kuliyah lanjutan dari proses produksi.
Dalam  kehidupan  sehari-hari,  kita  sudah  tidak  asing  lagi  dengan  yang namanya sabun. Sabun pada umumnya dikenal dalam bentuk batangan. Sabun sudah  menjadi  salah  satu  kebutuhan  yang  sangat  penting  bagi  masyarakat masa ini. Jika kita mandi tanpa sabun, maka kita akan mersakan sesuatu yang kurang.  Sabun juga  sangat  berperan  dalam  mengangkat  benda  asing  di  kulit kita. Tanpa sabun, maka kita mungkin tidak dapat menikmati makanan yang kita  santap  dengan  tangan  yang  bersih,  karena  mencuci  tangan  tanpa  sabun tidaklah efektif untuk menghilangkan sebagian besar benda asing yang ada di tangan kita. Lantas bagaimana caranya  membuat  sabun,  sehingga  kita  dapat  membuat  sabun  kita  sendiri tanpa harus membeli dengan orang lain.

1.2       Rumusan Praktikum
Praktikum ini di lakukan supaya penyusun dapat memahami bagaimana caranya pembuatan sabun, dan mengenal lebih jauh dengan sabun

1.3       Tujuan Praktikum
1.      Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan sabun secara sederhana.
2.      Untuk mengetahui peran komposisi/bahan yang dipakai dalam membuat sabun.



1.4       Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum ini adalah :
1.      Mahasiswa mengetahui dan memahami proses pembuatan sabun secara sederhana.
2.      Mahasiswa mengetahui dan memahami komposisi yang dipakai dalam membuat sabun dan fungsinya.
3.      Mahasiswa mngetahui dan memahami fungsi alat serta bahan yang digunakan dalam praktikum ini.


BAB II
LANDASAN TEORI


2.1       Defenisi Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan  tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi  mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen  sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.

2.2       Sejarah sabun
Asal dari kebersihan pribadi kembali ke zaman prasejarah. Sejak air menjadi bagian yang penting untuk kehidupan, orang pertama hidup dekat air dan tahu sesuatu apa itu properti kebersihan, sedikitnya bagaimana membilas lumpur  ke tangan mereka.
Benda mirip sabun ditemukan dalam bentuk tabung saat penggalian di Babilonia Kuno adalah fakta tentang pembuatan sabun diketahui pada tahun 2800 SM. Persembahan di tabung mengatakan bahwa lemak direbus dengan abu, dimana adalah metoda membuat sabun, tetapi tidak mengenai kegunaan sabun itu. Beberapa bahan terakhir digunakan untuk penggaya rambut.
Catatan memperlihatkan bahwa orang Mesir Kuno mandi biasa. Papirus Eber, dokumen kesehatan dar sekitar tahun 1500 SM, mendeskripsikan kombinasi minyak hewani dan nabati dengan garam alkali untuk membuat bahan sejenis sabun untuk menyembuhkan penyakit kulit, juga untuk membersihkan.
Di waktu yang sama, Musa memberi orang Israel peraturan pemerintah kebersihan pribadi. Dia juga menghubungkan kebersihan untuk kesehatan dan penyucian agama. Laporan Injil mengusulkan bahwa orang Israel tahu bahwa campuran abu dan produk minyak adalah jenis dari gel rambut.
Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan estetik dan rupanya tidak menggunakan sabun. Malahan, mereka membersihkan tubuh mereka dengan balok lilin, pasir, batu apung dan abu, juga meminyaki tubuh dengan minyak, menggesek minyak dan kotoran dengan peralatan metal yang disebut strigil. Mereka juga menggunakan minyak dengan abu. Baju dicuci tanpa sabun di sungai.
Sabun mendapatkan nama, diantara legenda Romawi Kuno, dari Gunung Sapo, dimana binatang dikorbankan. Hujan membersihkan campuran dari lemak hewani mencair, atau lemak dan abu kayu dibawah menjadi lilin di sepanjang Sungai Tiber. Para wanita menemukan bahwa campuran lilin membuat pembersih mereka dengan lebih kurang usaha.
Orang Jerman Kuno dan Gaul juga memasukkan dengan memjelajahi sesuatu bernama sabun, terbuat dari lemak dan abu, digunakan untuk mewarnai rambut mereka menjadi merah.
Ketika peradaban Romawi maju, jadi selalu mandi. Tempat mandi Romawi terkenal pertama, terdapat dengan air dari saluran air, dibangun sekitar tahun 312 SM. Mandi sangatlah mewah, dan mandi menjadi populer. Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan dan pembersih.
Setelah musim gugur di Roma di 467 Masehi dan hasilnya kebiasaan mandi menurun, lebih banyak di lakan Eropa pengaruh yang kuat di kesehatan publik berganti-berganti. Menurunnya kebersihan pribadi dan berhubungan kondisi kehidupan tanpa sanitasi menambah beratnya wabah besar di Abad Pertengahan, dan khususnya Kematian Hitam di abad ke-14. Itu tidak sampai abad ke-17 bahwa kebersihan dan mandi memulai untuk kembali ke kebiasaan di banyak tempat di Eropa. Masih sudah di mana tempat di pertengahan dunia dimana kebersihan pribadi tersisa penting di pertengahan dunia. Mandi harian adalah adat di Jepang saat Abad Pertengahan
2.3       Proses pembuatan sabun
2.3.1    Bahan-bahan yang diperlukan :
- Larutan kaustik soda (natronloog 38 Be) 75 cc
- Bahan warna secukupnya
- Susu murni (susu sapi) 50 cc
- Minyak kelapa 250 cc
- Lemak sapi cair 100 cc
- Minyak serai 100 cc
- Bibit minyak wangi 5 cc

2.3.2    Proses Pembuatan Sabun Mandi
Bahan-Bahan yang dibutuhkan :
1.    Minyak atau Lemak – Hampir semua minyak / lemak alami bisa dibuat menjadi sabun. Contoh: Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai.
2.    NaOH / KOH – Untuk mengubah minyak / lemak menjadi sabun mandi.
3.    Air – Sebagai katalis/pelarut. Pilih air sulingan atau air minum kemasan. Air dari pam tidak bagus, banyak mengandung mineral.
4.    Essential dan Fragrance Oils – Sebagai pengharum.
5.    Pewarna – Untuk mewarnai sabun. Bisa juga memakai pewarna makanan.
6.    Zat Aditif – Rempah, herbal, talk, tepung kanji/maizena dapat ditambahkan pada saat “trace”.





2.3.3    Alat-alat yang dibutuhkan :
Peralatan yang dipergunakan adalah :
1.   Sebuah masker sederhana - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja.
2.   Kacamata - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja.
3.   Sepasang sarung tangan karet - Dipakai selama pembuatan sabun.
4.   Botol plastik - Untuk wadah air.
5.   Timbangan dapur (dengan skala terkecil 1 atau 5 gram).
6.   Kantong plastik kecil - Untuk menimbang NaOH/KOH.
7.   Sendok stainless steel atau plastik-polipropilen - Untuk menuangkan NaOH / KOH dan mengaduknya.
8. Wadah dari gelas atau plastik-polipropilene - Untuk tempat larutan NaOH/KOH dengan air.
9.   Wadah dari plastik - Untuk menimbang serta tempat air dan minyak.
10. Kain - Untuk menutup cetakan setelah diisi sabun.
11. Plastik tipis - Untuk melapisi cetakan.
12. Cetakan.
13. Blender dengan tutupnya.
14. Kain - Untuk menutup blender.

2.3.4    Cara pembuatan :
Siapkan cetakan. Cetakan bisa apa saja. Bisa loyang yang diminyaki, baki plastik yang dialasi plastik tipis atau pipa PVC yang diminyaki. Siapkan cetakan yang cukup untuk menampung semua hasil pembuatan sabun.
Cetakan: Untuk cetakan anda bisa menggunakan kayu atau karton yang dilapisi plastik tipis, bahkan pipa PVC bisa dipakai. Jika menggunakan pipa PVC tutup bagian bawah dengan plastik yang diikat dengan karet gelang, semprotkan minyak ke dalamnya, tuangkan hasil sabun. Setelah mengeras buka tutupnya, dorong lalu potong akan menghasilkan sabun yang bulat.


Timbang air dan NaOH / KOH, sesuai dengan Resep. Larutkan NaOH / KOH ke dalam air sejuk / dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen). Jangan menuangkan air ke NaOH / KOH. Tuangkan NaOH / KOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih.
Timbang minyak (Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai...) sesuai dengan Resep.
Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender. Hati hati tuangkan larutan NaOH / KOH ke dalam minyak.
Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan dan proses pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka atau badan anda. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai mengental. Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik bekas sendok tadi masih membekas, itulah mengapa dinamakan “trace”.
Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran blender.
Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi. Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.




BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1.      Alat dan Fungsinya
            Nama Alat Beserta fungsinya pada saat praktikum:
*      Gelas Ukur
Fungsinya : Sebagai tempat penakaran cairan CPO yang akan dipakai dalam praktikum.
*      Cawan Porselin
Fungsinya : Sebagai tempat minyak dalam membuat sabun.
*      Neraca Analitik
Fungsinya : Sebagai alat untuk menimbang contoh/minyak pada saat melakukan Praktikum.
*      Beaker Glass 
Fungsinya : Sebagai alat/wadah untuk pencampuran atau pelarutan zat kimia (NaOH,KOH dll) yang sudah ditimbang.
*      Lampu Spritus
Fungsinya : Sebagai alat untuk memanaskan zat kimia,CPO dll.
*      Termometer
Fungsinya : Sebagai alat untuk mengukur suhu.
*      Pengaduk
Fungsinya : Sebagai alat untuk mengaduk.
*      Pipet Tetes
Fungsinya : Sebagai alat untuk mengambil larutan
*      Kaki Tiga dan Kawat Kasa
Fungsinya : Sebagai penyangga tempat pemanasan.
*      Serbet dan Tisu
Fungsinya : Untuk membersihkan/mengeringkan peralatan, dan alas saat memegang peralatan yang kodisinya panas.



3.2.      Bahan dan Fungsinya
            Nama bahan – bahan yang dipergunkan pada saat praktikum beserta  fungsinya :
*      NaOH
      Fungsinya : Sebagai basa reaksi atau larutan basa yang dicampurkan pada saat melakukan Praktikum.
*      Minyak Kelapa Sawit
Fungsinya : Sebagai bahan baku dalam pembuatan sabun.
*      Air/Aquadest
Fungsinya : Sebagai pelarut dalam pembuatan larutan NaOH 40%..
*      Pewangi
            Fungsinya : Sebagai bahan tambahan untuk pewangi pada sabun.







Gambar 3.1. Kaki tiga dan kawat kasa               Gambar 3.2. Gelas ukur






    Gambar 3.3. Neraca Analitik                               Gambar 3.4 Cawan



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.      Hasil
            Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat. Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak dengan alkali (NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun).

Hasil Pengamatan pada saat praktikum :
Setelah melakukan proses pembuatan sabun pada minyak Olien, PKO dan RBD Palm Oil, maka hasil percobaan yang diperoleh yaitu terbentuknya campuran larutan yang telah mengental berwarna kuning kecoklatan dan berbusa. Hal ini berarti telah terjadi perpisahan antara garam alkali (sabun) dengan gliserol. Pada dasarnya gliserol dapat membantu dalam mengangkat kotoran, sehingga gliserol tetap digunakan.

Tabel 4.1 Data hasil dari praktikum
No.
Bahan uji
Volume minyak
Volume NaOH
Waktu (Menit)
Temperatur
1
Olien
30
10 ml
03.01
93ºC
2
PKO
30
10 ml
07.59
120ºC
3
RBD oil
30
10 ml
12.21
120ºC
     
4.2       Pembahasan
Pada saat  kita mencampurkan  larutan NaOH 40% ke dalam minyak, pastikan  minyak  tersebut  sudah  mendidih  karena  proses  saponifikasi pada sabun membutuhkan suhu sekitar 80–100 °C untuk menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Alkali dalam sabun didapat dari larutan NaOH yang dapat kita beli di toko bangunan sebagai bahan kimia anti mampat. Sementara itu, bahan dasar pembuatan  yang  digunakan  dalam  pembuatan  sabun  ini  sangat  berpengaruh pada sabun yang dihasilkan. Jika dipakai minyak dengan kandungan asam tak jenuh dan rantai pendek, maka akan menghasilkan sabun cair. Sedangkan bila dipakai  minyak  dengan  kandungan  asam  lemak  jenuh  dan  berantai  panjang, maka akan dihasilkan sabun yang tak larut pada suhu kamar (sabun padat).

Data Hasil pengamatan pada saat praktikum berlangsung :
-           Dari tabel hasil praktikum yang telah kami lakukan, kita dapat melihat Volume NaOH dan Volume Minyak sama. Temperatur untuk praktikum yang dilakukan kita bisa lihat bahwasanya Pada setiap Volume minyak temperaturnya Berbeda, dan lamanya waktu juga berpengaruh pada praktikum yang telah kami lakukan.
-           Pada saat Olien dipanaskan dan dicampur dengan 10 ml NaOH lalu diaduk hingga kental selama 13 menit, setelah itu dilakukan penambahan bahan pewangi sebanyak 3 tetes pipet tetes, dan dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian diukur temperatur suhu nya pada saat itu adalah 97º.
-           Proses PKO pada saat penambahan bahan pewangi sama, namun waktu dan temperatur yang dibutuhkan berbeda. Untuk PKO waktu yang dibutuhkan pada saat pengadukan hingga PKO menjadi kental adalah 12 menti dan temperatur suhunya 89ºC.
-           Sedangakn untuk RBD oil Proses nya juga sama dengan Olien dan PKO, dan waktu yang dibutuhkan adalah 9 menit, dan temperaturnya adalah 81ºC.







BAB V
KESIMPULAN


5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan prktikum. Saya menarik kesimpulan bahwa membuat sabun itu tidaklah terlalu sulit. Dan ternyata sabun merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi yaitu reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan larutan alkali. Dalam praktikum ini ada dua produk yang dihasilkan yaitu Sabun dan Gliserin.

Saran penyusun pada saat praktikum adalah :
-          Pergunakanlah masker, karena berfungsi untuk menutupi penciuman kita dari bau gas yang tajam pada saat praktikum berlangsung.
-          Pada saat pencampuran larutan NaOH dengan bahan minyak (Olien, PKO dan RBD oil) sebaiknya dilakukan dengan hati – hati, dan pada saat penambahan larutan NaOH kedalam minyak sebaiknya dituangkan dengan perlahan - lahan  karena buih yang dihasilkan akan meluap keluar dari pada cawan jika kita menuangkan terlalu banyak menuangkan NaOH cawan.
-          Kerja sama dengan tim kelompok kita pada saat praktikum sangat di perlukan.












DAFTAR PUSTAKA


Arif, Muhammad, MT, & Irawan, Wira, ST. 2010. Penuntun Praktikum Proses Produksi. Dumai: Lab. Sekolah Tinggi Teknologi Dumai (STTD), Dumai.

Google :
Sari Alam. 2009. Kaidah Penting dalam Membuat Sabun mandi. http://sarialam .com/?p=52. di akses pada tanggal 09 November 2010.

Keterampilan Home.
Industri.http://ketrampilanhomeindustry.blogspot.com/2008/12/caramembuatsabun-mandi.html. di akses pada tanggal 09 November 2010.

ASEP. Membuat Sabun sendiri. http://www.powerpoint-search.com/proses pembuatan-sabun-ppt.html. di akses pada tanggal 09 November 2010.

















Lampiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

laporan kerja praktek

PROSES PENGOLAHAN DAN PERENCANAAN PRODUKSI PREMIUM DI PT. PERTAMINA REFINERY UNIT II DUMAI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tujuan utama Pendidikan Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam GBHN, diarahkan pada penge...