Jumat, 18 Mei 2018

Laporan Praktikum CPO (Kimia Industri)

BAB I
PENDAHULUAN


I.1        Latar Belakang Praktikum
Praktikum ini di lakukan untuk pengenalan serta pengetahuan karakteristik dari zat-zat kimia yang telah di pelajari pada kimia dasar dan Proses produksi dan untuk mengetahui cara pengujian kadar warna CPO sebagai syarat standar mutu minyak kelapa sawit yang baik dan juga memahami zat-zat yang akan digunakan dalam praktikum ini. Praktikum ini juga dilakukan sebagai mata kuliyah lanjutan dari Proses produksi.

I.2        Rumusan Praktikum
Praktikum ini dilakukan supaya dapat mengetahui syarat mutu standar minyak kelapa sawit mentah atau Crude palm Oil (CPO)

I.3        Tujuan Praktikum
1.    Memberikan pemahaman dan penguasaan dalam melakukan pengujian sifat fisik minyak kelapa sawit dan menentukan sifat-sifat fisik minyak kelapa sawit dalam berbagai kondisi.
2.    Dapat mengetahui Preparasi bahan kimia dan penggunaan alat dalam pengujian standar menetapkan syarat mutu minyak kelapa sawit.
3.    Memahami metode-metode yang digunakan dalam pengujian mutu CPO.
             4.   Melakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh dari pelaksanaan praktikum.

I.4        Mamfaat Praktikum
   Mahasiswa dapat mengetahui bahan dan peralatan yang di gunakan serta mengenali karakteristik dari zat yang ada dan paham akan cara penggunaannya juga mengenali/mengetahui arti dari CPO itu sendiri.
BAB II
LANDASAN TEORI


II.1      Defenisi CPO
Minyak kelapa sawit adalah minyak berwarna kuning jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses pengempaan/ekstraksi daging buah tanaman Elaeis guineensis Jacq. Minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) diklasifikasikan ke dalam dua jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
Minyak sawit berperan cukup penting dalam dunia perdagangan. Berbagai industri, baik pangan maupun nonpangan, banyak yang menggunakannya sebagai bahan baku. Syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB), air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.

II.2      Sejarah perkebunan kelapa sawit

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

II.3      Syarat hidup

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

II.4    Tipe kelapa sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
  • Dura,
  • Pisifera, dan
  • Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

II.5    Hasil tanaman

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

II.6      Pengujian mutu Crude palm Oil (CPO)

Minyak kelapa sawit adalah minyak berwarna kuning jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses pengempaan/ekstraksi daging buah tanaman Elaeis guineensis Jacq. Minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) diklasifikasikan ke dalam dua jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
Minyak sawit berperan cukup penting dalam dunia perdagangan. Berbagai industri, baik pangan maupun nonpangan, banyak yang menggunakannya sebagai bahan baku. Syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB), air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.

           Kriteria                         Satuan                   Persyaratan mutu
Warna                                             -                Jingga kemerah-merahan
Kadar asam lemak bebas    %, fraksi massa   0,5 %
Kadar air                          %, fraksi massa                  0,5 %
Kadar kotoran                  %, fraksi massa                  0,5 %
Bilangan iod –                    gr iod/100                         50-55

Tabel 2.6.1 Standar Mutu Crude Palm Oil (CPO) berdasarkan SNI 01-2901 2006 Parameter Satuan Standar SNI

II.6.1.  Alat dan Bahan
- Nama peralatan yang di gunakan dalam pengujian CPO :
            1. oven                                                
2. desikator                            
3. botol timbang                     
4. neraca analit                       
5. biuret                                  
6. erlenmeyer
7. gelas beker
8. pendingin tegak
9. penangas air
10. pipet tetes

- Bahan – bahan yang digunakan dalam pengujian CPO :    
1. CPO                                                          
2. kertas saring whatman                              
3. alkohol – KOH 0,5 N                               
4. HCL 0,5 N 9. KOH 4 % (dalam etanol)
5. indikator phenolphthalein
                        6. alkohol – chloroform
                        7. larutan KOH 0,5 N
                        8. etanol netral 95 %


II.6.2   Prosedur Kerja
Langkah –  langkah dari pada Prosedur kerja :
a. Penentuan warna CPO Penentuan warna secara visual dengan kasat mata.
b. Penentuan kadar air CPO :
1. Kocoklah minyak CPO hingga homogen.
2. Timbang dengan teliti dengan menggunakan neraca analitik ± 5 gram contoh uji ke dalam crussible porselen/botol timbang yang sudah diketahui beratnya.
3. Panaskan contoh uji tersebut ke dalam oven pada suhu 105oC selama 30 menit.
4. Dinginkanlah ke dalam desikator hingga mencapai suhu kamar dan timbang.
5. Ulangilah pemanasan, pendinginan dan penimbangan sampai diperoleh berat konstan.
6. Hitunglah kadar air dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Kadar air = kehilangan berat x 100%gr contoh
c. Penentuan kadar kotoran CPO
1. Keringkan kertas saring whatman no. 40, 41, atau 42 pada suhu 105oC, dinginkaan selama 30 menit dan timbang untuk mengetahui beratnya.
2. Timbang ± 20 g CPO masukkan dalam erlenmeyer dan larutkan dengan 50 m l petroleum-eter.
3. Saring dengan kertas saring pada no.1 dengan bantuan pompa vakum.
4. Cuci dengan petroleum-eter hingga kertas saring bebas dari minyak.
5. Keringkan kertas saring tersebut pada suhu 105oC selama 1 jam
6. Dinginkan 30 menit lalu timbang hingga beratnya tetap.
7. Hitunglah kadar kotoran menggunakan rumus:
Kadar kotoran = penambahan berat x 100%gr contoh
d. Penentuan asam lemak bebas CPO
1. Timbang minyak atau lemak sebanyak ± 25 gram.
2. Tambahkan 50 ml ethanol 95 % panas yang sudah dinetralkan dan 3 Tetes indikator pp.
3. Titrasi dengan larutan KOH 0,5 N sampai terbentuk warna merah muda Yang tidak hilang selama 30 detik.
4. Penyajian hasil uji, dalam perhitungan harus diperhatikan minyak atau lemak dihitung sebagai asam palmitat.
5. Hitunglah asam lemak bebas menggunakan rumus:
% asam lemak bebas (ALB) = ml KOH x N KOH x BM asam lemak x 100% berat bahan (gr) x 1000
e. Penentuan bilangan iod
1. Timbang 0,4 – 0,6 gr sampel ke dalam erlenmeyer bertutup asah 250 ml Atau 500 ml.
2. Tambahkan 15 ml sikloheksan/kloroform untuk melarutkan sample tersebut.
3. Tambahkan 25 ml larutan wijs, lalu tutup erlenmeyer. Kocok dan diamkan di tempat gelap selama 30 menit.
4. Tambahkan 10 ml larutan KI 10% dan 50 ml air suling.
5. Tutup erlenmeyer tersebut, lalu kocok dan titrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,1 N sampai larutan berubah warna dari biru tua menjadi kuning muda.
6. Tambahkan 1-2 ml indikator pati dan lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang setelah dikocok kual-kuat.
7. Lakukan penetapan blanko dengan cara yang sama.
8. Hitung bilangan iod dengan rumus:
Bilangan iod = 12,69 x N Na2S2O3 x (Vb – Vs)
Berat sampel (g)



BAB III
ALAT DAN BAHAN


III.1     Alat dan Fungsi
Adapun alat dan fungsi dari beberapa peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Alat                                                                 Fungsi
1. oven                                    digunakan sebagai Pemanas.
2. desikator                 tempat menyimpan sample yang harus bebas kering, mengeringkan padatan.
3. botol timbang          digunakan sebagai penimbang berat suatu zat.
4. neraca analit            merupakan alat timbangan digital yang digunakan untuk menimbang berat dalam skala terbatas.
5. biuret                       Untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu.
6. Erlenmeyer              untuk menyimpan dan memannaskan larutan, untuk menampung filtrate hasil penyaringan.
7. gelas beker              Untuk mengukur volume larutan yang tidak memilii tingkat ketelitian tinggi, Tempat memanaskan cairan,
8. pendingin tegak      digunakan sebagai pendingin.
9. penangas air            untuk penangas air
10. pipet tetes               Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
Tabel 3.1.1 Alat dan Fungsi




Gambar 3.1.1 Alat labor
 








    Desikator                                                 Erlenmayer









                              Biuret                                                        Oven
 










Gambar 3.1.2 Alat labor lengkap



III.2     Bahan dan fungsi     
Bahan dan fungsi yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
Bahan                                                              Fungsi
1. CPO                                          Bahan yang akan di uji (minyak kelapa sawit)
2. Larutan KOH                           Larutan ini berfungsi untuk mengikat CO2                    
3. Larutan NaOH                         bahan kimia yang bersifat basa yang di gunakan untuk mengetahui kadar FFA dalam CPO.
4. indikator phenolphthalein         sebagai indikator asam atau basa dimana dalam kontak atau keberadaan asam itu akan berubah berwarna dengan dasar, warnanya akan berubah menjadi warna ungu kemerah-merahan.
5. etanol netral 95 %                     Digunakan sebagai pelarut.
6. Alkohol                                     Digunakan sebagai pelarut.
Tabel 3.2.1 Bahan dan fungsi










Gambar 3.2.1 Contoh CPO
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1     Hasil
Penyajian hasil uji penentuan kadar air :
1.    Kadar air di hitung berdasarkan rumus dibawah ini dan dinyatakan dalam 3 desimal.
% Kadar air =
Dimana :
W        : adalah berat wadah (gr)
W1      : adalah berat wadah dengan contoh ((gr)
W2      : adalah berat wadah contoh uji setelah dikeringkan (gr)
2.    Kadar air dan zat - zat yang mudah menguap dinyatakan dalam % berat sebagai berikut :
% Air dan zat yang mudah menguap (Moisture = M)
Moisture          =         
3.      Persentase asam lemak di hitung sebagai Asam Palmitat berdasarkan rumus di bawah ini dan dinyatakan dalam 2 desimal.
% Asam Lemak Bebas =
Dengan :
V         : adalah Volume larutan titar yang digunakan (ml)
N         : adalah Normalitas lartan titar ;
W        : adalah Berat contoh uji (gr)
25,6      : adalah konstanta untuk menghitung kadar asam lemak bebas sebagai     asam palmitat.
% FFA (Free Fatty Acid/Asam lemak bebas) =

IV.2     Pembahasan
1. Perhitungan kadar air :
 Data dari hasil praktikum, diket :
            W        = 60 gr
            W1      = 65 gr
                        W2      = 60 gr
            Penyelesaian :
            % Kadar air     =
                                    =
                                                = 1
Angka ini menunjukkan Persen kadar air masih terlalu tinggi, karna kadar air yang bsik itu adalah tiak melebihi 0,2%

2. Perhitunagn persentase Asam Lemak Bebas (ALB)
Data hasil praktikum, diket :
-          5gr CPO dipanaskan + 150 profil 50ml
-          Tetes Penholptlein             Titrasi KOH 0,1
-          Pnholptlein diproleh dari 1gr PP + 100% etanol
-          KOH 0,1016 N ( Titrasi )
-          V = 18,5
-          W = 5




Penyelesaian :
% Asam Lemak Bebas =
                                     =
                                     =
                                                 = 9,62
            Angka ini menunjukkan Asam lemak bebas yang terkandung yaitu < 1,8






















BAB V
KESIMPULAN


Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, Kami dapat menyimpulkan bahwa penentuan warna minyak kepala sawit yang baik dapat dilakukan langsung dengan secara kasat mata dan minyak kelapa sawit yang baik berwarna jingga kemerahan-kemerahan yang diproleh dari proses pengempaan (ekstrasi) daging buah tanaman elais guinnensis
Dari hasil pengujian yang kami dapat, perhitungan untuk persentase kadar air menunjukkan kadar airnya masih terlalu tinggi. Dan untuk perhitungan asam lemak bebas, ALB nya < 1,8 dan berat uji nya 9,6 ± 0,02 %.
analisa minyak kelapa sawit (CPO) diperlukan untuk menyamakan standar mutu minyak kelapa sawit  yang diproduksi di Indonesia dengan standar mutu CPO internasional . CPO yang tidak memenuhi standar mutu internasional akan sulit bersaing dipasaran dunia.

Saran Kami pada saat praktikum berlangsung adalah :
-          Pergunakanlah masker, karena berfungsi untuk menutupi penciuman kita dari bau gas yang tajam pada saat praktikum berlangsung.
-          Kerja sama dengan tim kelompok kita pada saat praktikum sangat di perlukan.










DAFTAR PUSTAKA



H, Van Olphen, 1963. Montmorilloni tes ( Expanding threeLayer Clays) in clay colloid chemistry. New York: Interscience Publisher.( 66 - 69 ).

Mark, ER, Jhon; J Mc. Ketto [and] Othmer, D. F., 1967. Bentonites in Encyclopedia of Chemical Technology", 2nd ed, (7), 1967, ( 339 -358 ).

Stanley, J,. L. , 1975 .Clays in industrial minerals and Roes, 4th ed, American Institute Of Minning, Metalurgieal and Petroleum Enginners Inc, New York, 1975, ( 519 - 575)

Pitoyo, 1988. Kemungkinan ekstraksi beta-karotena dari tanab pemucat limbah proses pemurnian minyak kelapa sawit. Yogyakarta : UGM.

Ketaren, S. , 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. Jakarta : Universitas Indonesia, Jakarta: 1986, { 17 - 260 ).

Arif, Muhammad, MT & Irawan, Wira, ST. 2010. Penuntun Praktikum Proses Produksi. Dumai: Lab. Sekolah tinggi Teknologi Dumai (STTD), 2010, Dumai - Riau.










Lampiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

laporan kerja praktek

PROSES PENGOLAHAN DAN PERENCANAAN PRODUKSI PREMIUM DI PT. PERTAMINA REFINERY UNIT II DUMAI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tujuan utama Pendidikan Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam GBHN, diarahkan pada penge...