BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Praktikum
Praktikum ini di lakukan untuk
pengenalan serta pengetahuan karakteristik dari zat-zat kimia yang telah di
pelajari pada kimia dasar dan Proses produksi dan untuk mengetahui cara
pengujian kadar warna CPO sebagai syarat standar mutu minyak kelapa sawit yang
baik dan juga memahami zat-zat yang akan digunakan dalam praktikum ini.
Praktikum ini juga dilakukan sebagai mata kuliyah lanjutan dari Proses
produksi.
I.2 Rumusan Praktikum
Praktikum ini dilakukan supaya
dapat mengetahui syarat mutu standar minyak kelapa sawit mentah atau Crude palm
Oil (CPO)
I.3 Tujuan Praktikum
1. Memberikan pemahaman dan penguasaan dalam
melakukan pengujian sifat fisik minyak kelapa sawit dan menentukan sifat-sifat
fisik minyak kelapa sawit dalam berbagai kondisi.
2. Dapat mengetahui Preparasi bahan kimia dan
penggunaan alat dalam pengujian standar menetapkan syarat mutu minyak kelapa
sawit.
3. Memahami metode-metode yang digunakan dalam
pengujian mutu CPO.
4. Melakukan analisis terhadap hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan praktikum.
I.4 Mamfaat
Praktikum
Mahasiswa
dapat mengetahui bahan dan peralatan yang di gunakan serta mengenali
karakteristik dari zat yang ada dan paham akan cara penggunaannya juga
mengenali/mengetahui arti dari CPO itu sendiri.
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Defenisi CPO
Minyak kelapa sawit adalah minyak berwarna kuning jingga
kemerah-merahan yang diperoleh dari proses pengempaan/ekstraksi daging buah
tanaman Elaeis guineensis Jacq. Minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil)
diklasifikasikan ke dalam dua jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
Minyak sawit berperan cukup penting dalam dunia
perdagangan. Berbagai industri, baik pangan maupun nonpangan, banyak yang
menggunakannya sebagai bahan baku. Syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi
standar mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB), air,
kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
II.2 Sejarah perkebunan kelapa sawit
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya
ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam
di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera
Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak
nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19.
Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan
tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli
Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai
diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia
Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu
diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai
Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat
pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera
Utara dan di Rantau Panjang, Kuala
Selangor, Malaya
pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang
Tenmaran, Kuala Selangor
menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri
penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia
Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang,
produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.
Usaha peningkatan pada masa Republik
dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan
hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru
perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan.
Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya
harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di
Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m,
dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia
Tenggara yang berasal dari Afrika.
II.3 Syarat
hidup
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar.
Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini
tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban
80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan
stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan
dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi
perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
II.4 Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari
dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama adalah
yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah
keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa
sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
- Dura,
- Pisifera, dan
- Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan
kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki
cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini
dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan
sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera
unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak
per tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur
jaringan.
II.5 Hasil tanaman
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak
sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan
sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu
melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai
daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang
kosmetik.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari
kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah
yang diolah menjadi bahan baku minyak
goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit
adalah harga yang murah, rendah kolesterol,
dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan
industri kosmetika. Bunga dan buahnya
berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah
kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak.
Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak
goreng, sabun,
dan lilin.
Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah
satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar
dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian
daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa
untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin
silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan
teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang
akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial
menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.
II.6 Pengujian mutu Crude palm Oil (CPO)
Minyak kelapa sawit adalah minyak berwarna kuning jingga
kemerah-merahan yang diperoleh dari proses pengempaan/ekstraksi daging buah
tanaman Elaeis guineensis Jacq. Minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil)
diklasifikasikan ke dalam dua jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
Minyak sawit berperan cukup penting dalam dunia
perdagangan. Berbagai industri, baik pangan maupun nonpangan, banyak yang
menggunakannya sebagai bahan baku. Syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi
standar mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB), air,
kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.


Warna -
Jingga kemerah-merahan
Kadar asam lemak bebas %, fraksi massa 0,5 %


Kadar kotoran %,
fraksi massa 0,5 %
Bilangan iod – gr iod/100 50-55
Tabel 2.6.1 Standar Mutu Crude Palm Oil (CPO) berdasarkan SNI
01-2901 2006 Parameter Satuan Standar SNI
II.6.1. Alat
dan Bahan
- Nama peralatan yang di gunakan dalam pengujian CPO :
1. oven
2. desikator
3. botol timbang
4. neraca analit
5. biuret
6. erlenmeyer
7. gelas beker
8. pendingin tegak
9. penangas air
10. pipet tetes
- Bahan – bahan yang digunakan dalam pengujian CPO :
1. CPO
2. kertas saring whatman
3. alkohol – KOH 0,5 N
4. HCL 0,5 N 9. KOH 4 % (dalam
etanol)
5. indikator phenolphthalein
6.
alkohol – chloroform
7.
larutan KOH 0,5 N
8. etanol netral 95 %
II.6.2 Prosedur
Kerja
Langkah – langkah
dari pada Prosedur kerja :
a. Penentuan warna CPO Penentuan
warna secara visual dengan kasat mata.
b. Penentuan kadar air CPO :
1. Kocoklah minyak CPO hingga
homogen.
2. Timbang dengan teliti dengan
menggunakan neraca analitik ± 5 gram contoh uji ke dalam crussible porselen/botol
timbang yang sudah diketahui beratnya.
3. Panaskan contoh uji tersebut ke
dalam oven pada suhu 105oC selama 30 menit.
4. Dinginkanlah ke dalam desikator
hingga mencapai suhu kamar dan timbang.
5. Ulangilah pemanasan, pendinginan
dan penimbangan sampai diperoleh berat konstan.
6. Hitunglah kadar air dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Kadar air = kehilangan berat x 100%gr
contoh
c. Penentuan kadar kotoran CPO
1. Keringkan kertas saring whatman
no. 40, 41, atau 42 pada suhu 105oC, dinginkaan selama 30 menit dan timbang
untuk mengetahui beratnya.
2. Timbang ± 20 g CPO masukkan dalam
erlenmeyer dan larutkan dengan 50 m l petroleum-eter.
3. Saring dengan kertas saring pada
no.1 dengan bantuan pompa vakum.
4. Cuci dengan petroleum-eter
hingga kertas saring bebas dari minyak.
5. Keringkan kertas saring tersebut pada suhu 105oC
selama 1 jam
6. Dinginkan 30 menit lalu timbang hingga beratnya
tetap.
7. Hitunglah kadar kotoran menggunakan rumus:
Kadar kotoran = penambahan berat x
100%gr contoh
d. Penentuan asam lemak bebas CPO
1. Timbang minyak atau lemak sebanyak ± 25 gram.
2. Tambahkan 50 ml ethanol 95 %
panas yang sudah dinetralkan dan 3 Tetes indikator pp.
3. Titrasi dengan larutan KOH 0,5 N
sampai terbentuk warna merah muda Yang tidak hilang selama 30 detik.
4. Penyajian hasil uji,
dalam perhitungan harus diperhatikan minyak atau lemak dihitung sebagai asam
palmitat.
5. Hitunglah asam lemak bebas
menggunakan rumus:
% asam lemak bebas (ALB) = ml KOH x N
KOH x BM asam lemak x 100% berat bahan (gr) x 1000
e. Penentuan bilangan iod
1. Timbang 0,4 – 0,6 gr sampel ke
dalam erlenmeyer bertutup asah 250 ml Atau 500 ml.
2. Tambahkan 15 ml
sikloheksan/kloroform untuk melarutkan sample tersebut.
3. Tambahkan 25 ml larutan wijs,
lalu tutup erlenmeyer. Kocok dan diamkan di tempat gelap selama 30 menit.
4. Tambahkan 10 ml larutan KI 10%
dan 50 ml air suling.
5. Tutup erlenmeyer tersebut, lalu
kocok dan titrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,1 N sampai larutan berubah warna dari biru tua
menjadi kuning muda.
6. Tambahkan 1-2 ml indikator pati
dan lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang setelah dikocok kual-kuat.
7. Lakukan penetapan blanko dengan
cara yang sama.
8. Hitung bilangan iod dengan rumus:
Bilangan iod = 12,69 x N Na2S2O3 x
(Vb – Vs)
Berat sampel (g)
BAB III
ALAT DAN BAHAN
III.1 Alat dan Fungsi
Adapun alat dan fungsi dari beberapa
peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. oven digunakan
sebagai Pemanas.
2. desikator tempat menyimpan sample yang harus bebas kering,
mengeringkan padatan.
3. botol timbang digunakan sebagai penimbang berat suatu
zat.
4. neraca analit merupakan alat timbangan digital yang
digunakan untuk menimbang berat dalam skala terbatas.
5. biuret Untuk mengeluarkan larutan dengan volume
tertentu.
6. Erlenmeyer untuk menyimpan dan memannaskan larutan, untuk menampung
filtrate hasil penyaringan.
7. gelas beker Untuk mengukur volume larutan yang tidak memilii
tingkat ketelitian tinggi, Tempat memanaskan cairan,
8. pendingin tegak digunakan sebagai pendingin.
9. penangas air untuk penangas air
10. pipet
tetes Berguna untuk mengambil cairan
dalam skala tetesan kecil.
Tabel
3.1.1 Alat dan Fungsi

![]() |
Desikator Erlenmayer

![]() |
Biuret Oven
![]() |
Gambar 3.1.2 Alat labor lengkap
III.2 Bahan dan fungsi
Bahan dan fungsi yang digunakan dalam praktikum
adalah sebagai berikut :

1. CPO Bahan
yang akan di uji (minyak kelapa sawit)
2. Larutan KOH Larutan ini berfungsi
untuk mengikat CO2
3. Larutan NaOH bahan kimia yang bersifat basa yang di gunakan untuk mengetahui kadar
FFA dalam CPO.
4. indikator
phenolphthalein sebagai indikator
asam atau basa dimana dalam kontak atau keberadaan asam itu akan berubah
berwarna dengan dasar, warnanya akan berubah menjadi warna ungu
kemerah-merahan.
5. etanol netral
95 % Digunakan sebagai
pelarut.
6. Alkohol Digunakan
sebagai pelarut.
Tabel 3.2.1 Bahan
dan fungsi

Gambar 3.2.1
Contoh CPO
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Penyajian hasil uji penentuan
kadar air :
1. Kadar air di hitung berdasarkan
rumus dibawah ini dan dinyatakan dalam 3 desimal.
% Kadar air = 

Dimana :
W : adalah berat wadah (gr)
W1 : adalah berat wadah dengan contoh ((gr)
W2 : adalah berat wadah contoh uji setelah dikeringkan (gr)
2. Kadar
air dan zat - zat yang mudah menguap dinyatakan dalam % berat sebagai berikut :
% Air dan zat yang mudah menguap (Moisture = M)
Moisture = 

3. Persentase asam lemak di hitung sebagai
Asam Palmitat berdasarkan rumus di bawah ini dan dinyatakan dalam 2 desimal.
% Asam Lemak
Bebas = 

Dengan :
V : adalah Volume larutan titar yang digunakan (ml)
N : adalah Normalitas lartan titar ;
W : adalah Berat contoh uji (gr)
25,6 : adalah konstanta untuk menghitung kadar
asam lemak bebas sebagai asam palmitat.
% FFA (Free Fatty Acid/Asam
lemak bebas) = 

IV.2 Pembahasan
1. Perhitungan kadar air :
Data dari
hasil praktikum, diket :
W = 60 gr
W1 = 65 gr
W2 = 60 gr
Penyelesaian
:
% Kadar air = 

= 

=
1
Angka ini menunjukkan Persen kadar air masih
terlalu tinggi, karna kadar air yang bsik itu adalah tiak melebihi 0,2%
2. Perhitunagn persentase Asam Lemak Bebas (ALB)
Data hasil praktikum, diket :
-
5gr
CPO dipanaskan + 150 profil 50ml
-
Tetes Penholptlein Titrasi
KOH 0,1

-
Pnholptlein
diproleh dari 1gr PP + 100% etanol
-
KOH
0,1016 N ( Titrasi )
-
V =
18,5
-
W = 5
Penyelesaian :
% Asam Lemak Bebas =

= 

= 

= 9,62
Angka
ini menunjukkan Asam lemak bebas yang terkandung yaitu < 1,8
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil
praktikum yang telah kami lakukan, Kami dapat menyimpulkan bahwa penentuan
warna minyak kepala sawit yang baik dapat dilakukan langsung dengan secara kasat
mata dan minyak kelapa sawit yang baik berwarna jingga kemerahan-kemerahan yang
diproleh dari proses pengempaan (ekstrasi) daging buah tanaman elais guinnensis
Dari hasil
pengujian yang kami dapat, perhitungan untuk persentase kadar air menunjukkan
kadar airnya masih terlalu tinggi. Dan untuk perhitungan asam lemak bebas, ALB
nya < 1,8 dan berat uji nya 9,6 ± 0,02 %.
analisa
minyak kelapa sawit (CPO) diperlukan untuk menyamakan standar mutu minyak
kelapa sawit yang diproduksi di
Indonesia dengan standar mutu CPO internasional . CPO yang tidak memenuhi
standar mutu internasional akan sulit bersaing dipasaran dunia.
Saran Kami pada saat praktikum berlangsung
adalah :
-
Pergunakanlah
masker, karena berfungsi untuk menutupi penciuman kita dari bau gas yang tajam
pada saat praktikum berlangsung.
-
Kerja
sama dengan tim kelompok kita pada saat praktikum sangat di perlukan.
DAFTAR
PUSTAKA
H, Van Olphen,
1963. Montmorilloni tes ( Expanding threeLayer Clays) in clay colloid chemistry.
New York: Interscience Publisher.( 66 - 69 ).
Mark, ER, Jhon;
J Mc. Ketto [and] Othmer, D. F., 1967. Bentonites in Encyclopedia of Chemical
Technology", 2nd ed, (7), 1967, ( 339 -358 ).
Stanley, J,. L.
, 1975 .Clays in industrial minerals and Roes, 4th ed, American Institute Of
Minning, Metalurgieal and Petroleum Enginners Inc, New York, 1975, ( 519 - 575)
Pitoyo, 1988.
Kemungkinan ekstraksi beta-karotena dari tanab pemucat limbah proses pemurnian
minyak kelapa sawit. Yogyakarta : UGM.
Ketaren, S. ,
1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. Jakarta : Universitas
Indonesia, Jakarta: 1986, { 17 - 260 ).
Arif, Muhammad,
MT & Irawan, Wira, ST. 2010. Penuntun
Praktikum Proses Produksi. Dumai: Lab. Sekolah
tinggi Teknologi Dumai (STTD), 2010, Dumai - Riau.
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar