BAB II
POROS
A. FUNGSI POROS
Dalam kehidupan sehari – hari kita tak lepas dengan peralatan –
peralatan untuk menunjang kelancaran kegiatan pekerjaan ataupun
keberhasilan sebuah pekerjaan .
pekerjaan rumah tangga ataupun pekerjaan keseharian . Setiap peralatan pasti
ada unsur elemen yang digabung menjadi satu sehingga dapat membantu pekerjaan
kita. Contoh alat sederhana saja yang setiap saat kita gunakan misal : kursi
lipat, kendaraan , alat dapur yang serba canggih , peralatan kantor ,
perbengkelan dan sebagainya.
Salah satu elemen yang terdapat di dalam peralatan itu adalah poros atau
ada yang menyebutnya as. Poros dalam peralatan tersebut banyak fungsinya
tergantung dari letak dan konstruksi peralatan yang dipergunakan.
Fungsi poros dapat dibedakan menjadi beberapa katagori antara lain :
1. Poros dukung
2. Poros Transmisi
3. Poros gabungan dukung dan Transmisi
1.POROS DUKUNG
Poros dukung berfungsi sebagai penyangga beban atau sering disebut
dengan gandar sebuah alat sedang beban yang diterima poros jenisnya bermacam –
macam antara lain :
a. Berdasar arah beban terhadap poros :
-
Searah
sumbu poros atau sering disebut dengan beban longitudinal, akibat beban ini
poros akan mengalami patah tekan
![]() |
P
P
-
Memotong
sumbu poros, akibat beban ini akan mengakibatkan poros mengalami bengkokan atau
patah geser.

-
Beban
puntir , akibat beban ini poros mengalami puntiran atau disebut dengan patah
puntiran
P

b. Jenis beban
-
Beban
statis : adalah dengan beban tanpa
ada gerakan dari beban yang didukung .
-
Beban
dinamis: adalah jenis beban yang mengalami pergerakan atau perpindahan tempat
dari satu tempat ketempat lain , contoh : poros /as gerobak. Jenis beban
dinamis dapat dibagi dua yaitu ; beban terus menerus dan beban kejut.
2. POROS TRANSMISI
Poros transmisi adalah jenis poros yang berfungsi untuk meneruskan daya
atau putaran dari suatu mesin ke peralatan lain. Daya yang diteruskan dapat
juga dikategorikan menjadi beberapa jenis antara lain :
-
Daya
searah sumbu.
-
Daya
yang memotong sumbu
-
Putaran
-
Gabungan
daya searah sumbu dan putaran
Sebagai penerus daya kekuatan poros berbeda dengan poros yang berfungsi
sebagai pendukung, dengan kata lain beban yang diterima poros transmisi adalah
jenis beban yang dinamis. Dengan jenis beban yang dinamis ini maka harus
diperhatikan ukuran, jenis bahan dan kekuatan bahan poros transmisi.
3.
POROS GABUNGAN DUKUNG DAN TRANSMISI
Poros
dengan jenis ini biasanya terdapat pada peralatan mobilisasi atau alat pemindah
/kendaraan, mesin – mesin perkakas dan sebagainya, selain mendukung beban yang
diterima juga menerima daya yang harus ditransmisikan. Poros ini akan mengalami
tegangan puntir dan tegangan bengkok, penyebab tegangan puntir adalah daya yang
dihantarkan berupa putaran sedangkan tegangan bengkok diakibatkan oleh beban
melintang memotong sumbu poros. Sebagai contoh poros ini adalah arbor pada
mesin frais , mesin bor (lihat gambar)


Pisau frais
P
Arbor
Mesin Frais Mesin Bor
B.
BENTUK POROS
Berdasarkan bentuk poros terdapat bermacam – macam bentuk dengan setiap
bentuk mempunyai fungsi dan kegunaan yang berbeda – beda. Sebagai contoh :
1. Poros silinder pejal
Poros dengan bentuk ini dapat digunakan
sebagai poros dukung, poros transmisi dan poros gabungan .
![]() |
2. Poros silinder berlubang
Poros ini dapat juga digunakan sebagai
pendukung, transmisi dan gabungan dengan keunggulan bahwa poros lebih efisien
terhadap bahan dan lebih ringan.

3. Poros Pason
Bentuk poros ini adalah pada bagian tengah
mempunyai diameter lebih besar dari pada kedua ujungnya, poros ini digunakan
sebagai poros dukung.

P P
4. Poros Profil
Poros profil berfungsi sebagi pendukung dan
juga sebagai pengantar daya dengan arah memanjang contoh tiang piston pada
motor bensin ,motor diesel dan sebagainya.
![]() |
P
5. Poros engsel
Poros ini digunakan sebagai poros transmisi
daya dengan beban yang diterima adalah beban puntir dan lengkung. Contoh
penggunaannya seperti poros garden pada kendaraan.
![]() |
6. Poros lentur
Poros ini dibentuk dari jalinan kawat baja
yang dipadukan sedemikian rupa , kawat baja yang digulung berlapis – lapis dengan arah gulungan saling berlawanan antara
bagian dalam dan luarnya. Poros ini paling banyak digunakan pada alat pemotong
rumput.
![]() |
Konstruksi
sebuah poros lentur
Kemampuan poros jenis ini adalah dapat
dibekok – bengkokkan pada saat dalam keadaan bekerja. Sehingga kedudukan antara
mesin utama dengan bagian yang digerakkan tidak perlu lagi harus satu sumbu,
kedua bagian utama tersebut
kedudukkannya menjadi sangat fleksible.
C.
HAL – HAL PENTING DALAM PERENCANAAN POROS
Sebelum kita memilih
atau menggunakan sebuah poros yang sesuai dengan bentuk maupun pembebanannya ,
maka ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam merencanakan sebuah
poros antara lain adalah :
1. Kekuatan Poros
Beban apa saja yang akan diterima poros
pada saat dipergunakan, sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk
menahan beban – beban yang bekerja. Sebagai contoh poros transmisi akan
mengalami beban puntir , beban lentur(bengkok) atau gabungan puntir dan
bengkok. Ada
juga poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling – baling
kapal atau turbin dan lain sebagainya.
Selain itu faktor lelah yang juga
akan dialami poros menerima beban kejut (tumbukan) atau pengaruh konsentrasi
tegangan bila diameter poros diperkecil dan mempunyai alur pasak (spi). Lamanya
poros beroperasi dalam hal ini berapa ribu kali poros tersebut berputar dengan
beban yang ditanggungnya atau berapa jam poros tersebut tahan terhadap beban –
beban yang diterimanya.
![]() |
![]() |
||
Alur pasak /spi
![]() |
Poros dengan konsentrasi tegangan pada alur
pasak
2. Kekakuan Poros
Kekuatan poros sudah diperhitungkan namun
jika terjadi lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan
ketidak- telitian( pada mesin perkakas) atau getaran dan suara yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu kekakuan atau kelenturan sebuah poros harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan dilayani oleh poros
tersebut.
3. Putaran Kritis
Bila sebuah mesin dinaikan besar putarannya
sampai dengan suatu harga putaran (Rpm) tertentu dan terjadi getaran yang luar
biasa besarnya, maka besaran putaran tersebut disebut sebagai putaran kritis.
Kalau dipaksa dinaikkan putarannya akan sangat berakibat fatal pada mesin
tersebut. Pada putaran kritis saja akan mengakibatkan kerusakan – kerusakan
pada poros, dudukan mesin atau bagian – bagian lain dari mesin tersebut. Maka
sebaiknya poros direncanakan sedemikian rupa hingga putaran mesin atau putaran
kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.
![]() |
Poros dengan putaran kritis
4. Korosi
Penggunaan jenis bahan poros juga menjadi
perhatian yang sangat perlu dalam perencanaan sebuah poros, dimana pengaruh
lingkungan poros akan dapat mengakibatkan cepat terjadinya korosi (berkarat).
Demikian pula untuk poros yang terancam kavitasi dan poros yang sering berhenti
terlalu lama, maka perlu dipilih bahan poros yang sesuai dengan lingkungan
dimana poros tersebut beroperasi. Sampai pada batas – batas tertentu dapat pula
dilakukan perlindungan poros terhadap korosi, perlindungan tersebut antara lain
dapat dilakukan dengan pelapisan krom, pelapisan dengan minyak pelumas sampai
batas waktu yang harus diperhatikan setiap waktu dan lain sebagainya.
5. Bahan Poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari
baja batang yang ditarik dingin dan difinis , baja karbon konstruksi mesin
(bahan S .. C )yang dihasilkan dari ingot yang di”kill” ( baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor dan kadar karbonnya terjamin).
Bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena
adanya tegangan yang kurang seimbang bila diberi alur pasak. Penarikan dingin
pada baja akan mengakibatkan pengerasan pada permukaan baja tersebut serta
kekuatannya juga akan bertambah. Poros yang dipergunakan untuk meneruskan
putaran tinggi dan beban berat terbuat dari baja paduan dengan pegerasan kulit
yang sangat tahan terhadap keausan. Beberapa baja paduan tersebut diantaranya
adalah :
-
baja
khrom nikel
-
baja
khrom nikel molibden
-
baja
khrom molibden
-
baja
khrom
-
dan
lain sebagainya
Meskipun demikian pemakaian baja paduan
khusus tidak dianjurkan jika hanya karena alas an putaran tinggi dan beban
berat .
Baja
karbon konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk poros
tandard an macam
|
Lambang
|
Perlakuan Panas
|
Kekuatan tarik
(kg/ mm2)
|
Keterangan
|
Baja karbon
konstruksi mesin (JIS G 4501 )
|
S 30 C
S 35 C
S 40 C
S 45 C
S 50 C
S 55 C
|
Penormalan
,,
,,
,,
,,
,,
|
48
52
55
58
62
66
|
|
Baja yang difinis
dingin
|
S 35 C - D
S 45 C– D
S 55 C – D
|
-
-
-
|
53
60
72
|
Ditarik dingin, digerinda, dibubut atau gabungan
|
Baja paduan untuk poros
tandard an macam
|
Lambang
|
Perlakuan Panas
|
Kekuatan tarik
(kg/ mm2)
|
Baja khrom nikel
(JIS G 4102 )
|
SNC 2
SNC 3
SNC 21
SNC 22
|
-
-
Pengerasan kulit
,,
|
85
95
80
100
|
Baja khrom nikel
molibden (JIS G 4103 )
|
SNCM 1
SNCM 2
SNCM 7
SNCM 8
SNCM 22
SNCM 23
SNCM 25
|
-
-
-
-
Pengerasan kulit
,,
,,
|
85
95
100
105
90
100
120
|
Baja khrom
(JIS G 4104 )
|
S Cr 3
S Cr 4
S Cr 5
S Cr 21
S Cr 22
|
-
-
-
Pengerasan kulit
,,
|
90
95
100
80
85
|
Baja khrom
molibden
(JIS G 4105)
|
SCM 2
SCM 3
SCM 4
SCM 5
SCM 21
SCM 22
SCM 23
|
-
-
-
-
Pengerasan kulit
,,
,,
|
85
95
100
105
85
95
100
|
table : Bahan poros untuk kendaraan rel
Kelas
|
lambang
|
Pemakaian utama
|
Heatreatment
|
Batas mulur
Kg/mm2
|
Kekuatan
Tarik
Kg/mm2
|
|
1
|
A
|
SFA 55 A
|
Poros pengikut
|
Penormalan atau
celup dingin dan pelunakan
|
28
|
55
|
B
|
SFA 55 B
|
|||||
2
|
A
|
SFA 60 A
|
Gandar yang
digerakkan dan poros pengikut
|
30
|
60
|
|
B
|
SFA 60 B
|
|||||
3
|
A
|
SFA 65 A
|
Celup dingin dan
pelunakan
|
35
|
65
|
|
B
|
SFA 65 B
|
|||||
4
|
A
|
SFA Q A
|
Celup dingin dan
pelunakan bagian tertentu
|
30
|
60
|
|
B
|
SFA Q B
|
Catatan : A =
0,035 % P atau kurang B =
0,045 % P atau kurang
0,04 % S
atau kurang 0,045 % S atau kurang
Penggolongan baja secara umum
Golongan
|
Kadar C
%
|
Baja lunak
|
… - 0,15
|
Baja liat
|
0,2 – 0,3
|
Baja agak keras
|
0,3 – 0,5
|
Baja keras
|
0,5 – 0,8
|
Baja sangat keras
|
0,8 – 1,2
|
D. Perhitungan
Perencanaan Poros Dengan Beban Puntir
Poros transmisi
meneruskan daya sebesar P (kW) [ jika P=
tenaga Kuda
(HP) maka dikalikan dengan 0,735 ] dengan putaran poros sebesar n1
(rpm) dengan factor koreksi fc
normal maka akan didapatkan daya rencana Pd yang besarnya adalah :
Pd =
fc . P (kW)
Faktor Koreksi Daya yang ditranmisikan
Daya yang
ditransmisikan
|
fc
|
Daya rata – rata yang diperlukan
Daya maksimum yang diperlukan
Daya normal
|
1,2 – 2,0
0,8 – 1,2
1,0 – 1,5
|
Jika momen puntir adalah T (
kg.mm) maka Pd adalah :
Pd = ( T
/ 1000)(2πn1/60) sehingga T = 9,74 x 105 Pd
102 n1
bila T ( kg.mm) dibebankan
pada poros ds maka akan terjadi tegangan geser τ(kg/mm2)
sebesar :
τ = T =
5,1 T
(τds3/16) ds3
Tegangan geser yang diijinkan τa(kg / mm2
)dapat dihitung atas dasar batas kelelahan puntir yang besarnya diambil 40 %
dari batas kelelahan tarik yang besarnya adalah
kira – kira 45 % dari kekuatan tarik σb (kg /mm2 ) atau dengan kata lain batas
kelelahan punter adalah sebesar 18 % dari kekuatan tarik σb . Angka keamanan diambil harga sebesar 1/18 % sama dengan 5.6 , harga tersebut dipakai
untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin sedang untuk bahan S-C dipakai
harga 6,0 dengan pengaruh masa dan baja paduan .Faktor keamanan dinyatakan
dengan Sf1. Sedangkan
untuk pengaruh adanya alur atau bentuk poros yang bertangga dinyatakan dengan Sf2 dengan harga antara 1,3
sampai 3,0. maka τa(kg /
mm2 ) dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan :
τa(kg / mm2 ) = σb / (Sf1
x Sf2 )
Factor Koreksi Momen Puntir Kt 1.0 jika beban halus,
1.0 – 1.5 sedikit ada kejutan dan 1.5 – 3.0 jika terdapat kejutan.
Dalam perencanaan poros juga harus diperhitungkan terjadi lenturan pada
poros maka dapat dipakai factor Cb
dengan harga 1.2 – 2.3 (jika tidak terjadi lenturan dipergunakan 1.0 ).
Dengan demikian didapat rumus perhitungan poros ds yang
besarnya adalah:
ds =
[ 5,1 Kt Cb T
]1/3
τa
Contoh soal :
Sebuah poros menerus daya sebesar 10 kW dengan putaran
1450 rpm, disamping mengalami beban puntir diperkirakan juga mengalami sedikit
lenturan dan bekerja dengan daya normal. Bahan poros diambil S45C-D, berapakah
besar poros yang dipergunakan jika konstruksi tersebut selama bekerja mengalami
tumbukan ringan.
Penyelesaian :
a. P = 10 kW ; n = 1450 rpm
b. fc = 1,5
c. Pd = fc x P = 1,5 x 10 = 15 kW
d.
T = 9,74 x 105
x 15/1450 = 10076 kg mm
e.
S45C-D
, σb = 60 kg/mm2 Sf1
= 6,0 ; Sf2 = 2,0
f.
τa
= 60 / ( 6,0 x 2,0 ) = 5,0 kg / mm2
g.
Cb
= 2,0 ; Kt = 1,5
h.
ds
= [
5,1/5 x 2,0 x 1,5 x 10076 ]1/3
= 31,35 mm
i.
E.
Perhitungan Perencanaan Poros dengan Beban Lentur Murni
Poros gandar atau poros kereta rel tidak mendapatkan beban puntir
tetapi hanya mendapatkan beban lenturan atau bengkokan. Jika beban bengkok
melebih batas kekuatan poros dapat menyebabkan poros mengalami bengkokan atau
juga patah. Beban pada sebuah gandar dari kendaraan atau kereta besarnya adalah
setengah dari berat kendaraan bermuatan maksimum dikurangi berat poros dan
berat rodanya, sehingga momen lentur M1(kg.mm) yang bekerja
pada poros yang terjadi pada dudukan roda dapat dihitung.
Dari bahan yang dipilih dapat ditentukan tegangan lentur yang diijinkan
σa
(kg/mm2), Momen tahanan lentur dari poros berdiameter ds(mm)
adalah Z ;
Z = (π / 32 ) ds3 mm3
σa ≥ M1 / Z = M1
/ (π / 32 ) ds3 =
10,2 M1
/ ds3
ds = [ 10,2 M1 ]1/3
σa
Dalam kenyataan dilapangan gandar tidak hanya mendapatkan beban statis
saja tetapi mendapatkan beban dinamis. Maka gaya yang bekerja pada poros arahnya adalah
vertical dan horizontal maka momen – momen yang bekerja pada poros dikalikan
dengan factor tambahan tegangan (factor m) lihat table :
Pemakaian gandar
|
Factor tambahan
tegangan
|
Gandar pengikut (tanpa rem cakra)
|
1.0
|
Gandar digerakkan dengan tumpuan di ujungnya
|
1,1 – 1,2
|
Gandar digerakkan ; lenturan silang
|
1,1 – 1,2
|
Gandar digerakkan : lenturan terbuka
|
1,2 – 1,3
|

JIS E4501menentukan rumus – rumus berikut ini :
M1 = ( j – g ) W/4
M2 = αv M1
P = αL
W
Qo = P ( h / j )
Ro = P (h + r )/g
M3= Pr + Qo (a + 1) – Ro
[(a + 1) – (j – g )/2]
Untuk harga αv dan αL dapat
dilihat dalam tabel , juga untuk harga tegangan yang dijinkan σwb
(kg/mm2) dari dudukan roda terdapat dalam tabel berikut ini :
Kecepatan
kerja max (km/jam)
|
αv
|
αL
|
120
atau kurang
120
– 160
160
– 190
190
– 210
|
0,4
0,5
0,6
0,7
|
0,3
0,4
0,4
0,5
|
Tegangan yang diperbolehkan pada
bahan gandar
Bahan
gandar
|
Tegangan
yang diperbolehkan
σwb
(kg/mm2)
|
Kelas
1
|
10,0
|
Kelas
2
|
10,5
|
Kelas
3
|
11,0
|
Kelas
4
|
15,0
|
Dari keterangan di atas maka dapatdiketahui bahwa :
Ds ≥ [ 10,2 m ( M1 + M2 + M3)]1/3
σwb
Selanjutnya kita dapat menentukan tegangan lentur σb
yang terjadi pada roda. Jika σwb/ σb sama dengan 1 atau
lebih maka :
σb
= 10,2 m ( M1 + M2 + M3 )
ds3
n
= σwb ≥ 1
σb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar